Rabu, Agustus 24, 2005

Sederhana saja...

Sederhana saja...

Tangkap gagasanmu, banting jatuh dia di catatan, rudapeksa sampai kucel, lantas biarkan.
Biarkan saja. Tinggalkan.
Tidur saja. Biarkan dia sublim.
Toh punyamu absurd, punyaku absurd.

Lah...terus apa kabar si solusi?

Ah, biarkan saja.
Toh dia bukan piaranmu, kenal saja tidak, jangan sok mengundang.
Lebih baik kita bergoyang.
Ya, bergoyang. Pinggul boleh, jari juga boleh.

Kita goyang dunia?

Haha...ente yang dikocok dunia broer!
Diam saja di sudutmu, margin-kan eksistensimu

Absurd saja lah.

Haha...

Senin, Agustus 01, 2005

Ok, aku mulai menulis

Ok, aku mulai menulis.

Dulu sekali memang, aku suka menulis. Aku menulis di atas kertas, aku menulis di atas air, aku menulis di udara. Kadang aku juga menambahkan lukisanku disana. Aku melukis di samping tulisanku, aku melukis di samping tulisanku di air, aku melukis di samping tulisanku di udara. Aku bernyanyi-nyanyi ketika menulis. Aku menari-nari ketika melukis. Aku tertawa-tawa melihat tulisanku. Aku girang bukan buatan membaca tulisanku. Pun, aku merasa euforia memandangi lukisanku. Aku merasa punya segala menikmati lukisanku.

Lalu, aku mulai jarang menulis. Penaku mulai tersendat dan tak mau bergoyang-goyang. Pensilku juga makin berat. Makin hari makin berat. Pensilku tak mau lagi menulis. Satu garis pun hanya bentuk jingkat-jingkat. Mana kertasku makin berontak. Kertasku tak mau lagi ditulisi. Kertasku enggan makin menjadi tak mau dilukisi. Kemudian kertasku menulari air, dan air membawa wabah bagi udara. Kertas, air, dan udara tak lagi lancar bersahabat denganku.

Aku jadi bingung. Oh tidak, tidak lantas bingung. Pertama-tama aku cuek saja. Aku biarkan semua terjadi. Aku ingin sealami mungkin. Aku tidak ingin mengada-ada, apalagi basa-basi. Ah, aku takut buruk jadinya. Aku masih setia sama kenormalan. Aku tak mau hengkang dari kebiasaan. Makanya, seperti biasa, aku jalani hari-hariku penuh hal-hal biasa. Sampai kemudian...

...bersambung ngga ya?