Rabu, Juni 28, 2006

layanganku

aku turun bersama rama2 menyusuri tegalan padi menguning
membawa layang2 jingga bersayap kupu2
menyusuri pinggiran kadang becek buatku terpeleset
aku teriak kecil tertawa2
kau disampingku bergayut manja
menalikan pita lembut di telinga kiriku saat membisikkanku
kau ingin turut layanganku...


[layanganku]
21:32 13/08/2002

tentang bunga-bunga

aku berada di tepian telaga ketika kau hampirkan sampanmu
aku bermain dengan kupu-kupu ketika kau tawarkan jarimu
bertaut dengan jariku
dan kau datang dialtarku menggenggam khidmat

...

berhentilah sebentar sang pelaut
biar kupilih bunga mana yg menyertai

...

bersama kelopak musim semi ini
kita berayun-ayun ditingkah gelombang
ah,
hangatnya berlindung dibawah mantelmu berbagi udara


kanda,
sungguh ingin kubaca lentera
dan kututurkan tentang bunga-bunga



[tentang bunga-bunga]
kediri 10:35 06/05/2005

perjalanan menenteng bumi di jalan bintang susu

aku ingin marah
aku ingin meradang
aku ingin membobol menghantam-hantam
aku ingin meluapkan banjir geramku
ke kota-kota, gunung-gunung dan ujung langit
sampai samudera meluap penuh kebencianku

tapi kasihan sekali aku
tiada yang cukup membendungku

aku pilih istana megah nan asri di puncak bukit
berharap bisa memungut pagi berdiang di lembah
bobol dia ketika cahayaku tak lagi hangat melindungi
beringsut ketika nyalaku mulai membakar

aku tegakkan batang kayu kuhunjam dalam di tanah
kalau-kalau kepalaku terlalu berat
aku bisa bersandar
tapi kasihan sekali aku
baru saja rambutku kukulai di pucuknya
terbelah batang kayu patah-patah

aku tak bisa bersandar
aku tak bisa berlindung

aku mesti dimana
tidakkah juga aku manusia

aku lihat kupu-kupu hinggap di taman surga
aku silau
sayap-sayapnya merekah seolah berkata
"wahai ksatria, jadilah pelindungku...
maka kemanapun kau pergi kau kan terpuji
kemanapun kau berada kau kan dipuja..."

tapi aku terhina
tapi aku celaka
ketika susunanku berkata
"tidak....
kau sedang berdiri
di bendungan kali yang terus bergetar
karena yang kau alirkan adalah samudera..."

aku merusak fondasinya
aku menggerogoti tiangnya

betapa kasihannya aku
kupu-kupu dengan sayap terkulai di tangan
adalah bendungan retak

...

aku tak mungkin bersandar
aku tak mungkin berlindung
kasihan sekali diriku yang terus berjaga

maka mataku liar memandang menyala-nyala
kusapu jagad raya aku berteriak di jalan susu

"apa yang salah dengan kelemahanku?"

aku tidak minta dilahirkan begini
aku bukan peserta simposium perumusan takdirku
aku hanyalah wayang krucil di pakeliran Kanjeng Gusti
yang harus setiap saat siap dengan tragedi

aku ingin geramku memancar
aku ingin marahku semburat
aku ingin gigi-gigiku berloncatan di jalanan meneriakkan kata-kata pias dan kuyu
biar kemanusiaanku lumayan komplit

...

dan terseok-seok aku berganti-ganti
menang-kalah-menang-kalah
busurku teracung menantang langit
aku berdiri di Arcapada ketika tata surya memalingkan matanya
mereka menatapku
"apa kejadianku..."

maka kutunggangi Garudha Wisnu
kupinjam cakra Khrisna
aku berpacu melesat mengangkangi dunia batara
ada sosok diwajah Chandra
ada teratai ranum dengan matahari berlimpah di aura kelopaknya

bagai Tirta Kamandhanu meresap di pori-poriku
aku bergejolak
jiwaku bernyanyi-nyanyi riang bergoyap tap-tap-tap
"...nirwana...nirwana..."

tapi kasihannya aku
ketika aku meluas menjadi muara semuanya
pantai-pantaiku yang sering kucumbu desir muson
tak memberiku nyiur
tak lagi berpasir putih

nirwanaku merasuk bagai keong menyelusup dibalik butiran pasir
lalu buih-buih laut selatan datang membasahi

aku lunglai
aku mengendap
aku tak bisa lagi geram

...

maka satu-satu aku menjentikkan jemariku memahat semesta
aku berlindung di balik jaket kumal
dengan sekumpulan pundi-pundi sisa perjalanan
lusuh aku berdiri
kusut mukaku
codet dan luka dimana-mana

(ada mata air di padang pasir ini
ada manisnya korma di gurun ini
oh
burung-burung pasti berkicau di suatu tempat
dan onta-onta menjilati anak-anak tuannya
ada cengkerama sanak keluarga
mendendangkan syair-syair Wahabi
...
pasti ketika aku sampai disana
selimut wol akan menggantikan keringatku
dan aku bisa menyelusup sebentar dibalik bantal-bantal itu
mendengarkan celoteh para ibu susu menggunjingkan para saudagar
sampai mataku yang lelah ini terlelap)

...

kuangkat lagi kepalaku
malam penuh badai ini
tak bisa memungutku menjauh dari esok pagi
...

[perjalanan menenteng bumi di jalan bintang susu]
desdemonia - 11:58 11/03/2003

menunggumu mengendap

aku menunggumu mengendap
aku sangat sabar
bahkan dengan terdiam
aku menunggumu mengendap
sampai-sampai inderaku hanya telinga
karena mata dan mulut tidak lagi bijaksana
aku menunggumu mengendap
biar nanti di dasar
kita putuskan masa depan

...
[menunggumu mengendap]
desdemonia - 21:22 07/03/2003

angin pagi

angin pagi
menyusup ke dalam jendela
menusuk membawa kabaret
cerita-cerita riang tadi malam hari-hari kemarin

angin pagi
menghanyutkan kupu-kupu memekari bunga
menyisir daunan kering sepanjang boulevard
satu-satu hatiku tertambat
ada genangan hangat kuku dibawanya

aku memandangnya bagai galeri
aku nikmati bagai lukisan

dia yang menelusup di daun telinga bocah-bocah
bagai mengetuk lembut pintu-pintu pagi
sambil tersenyum memimpin permainan
'Ayo kita datangkan hari!
bertepuk-tepuk kita berlagu sama-sama
lihat sekitar sukuri karunia
Mari kita jaring sama-sama
mentari pagi semu jingga'

dia yang memeluk bagai jalinan kapas
memilin udara membawa terbang kemana suka
angin pagi membawa suasana memusat dirinya
menjadi cahaya hangat
membuat semua memilih terpesona
angin pagi menari-nari merentangkan tangannya
aku lihat telapak berkepak-kepak dan lesung pipit
aku lihat bocah-bocah di kulit pipinya berlarian polos

aku ingin memberikan jubahku dari sutra
melingkupinya dan memintanya jangan kemana-mana
aku ingin dibagi cerita
tentang bocah-bocah menyusuri tegalan bermain layang-layang
aku ingin diajari menggambar gajah, semut dan sawah seperti mereka
aku senang sekali bisa bernyanyi di pagi hari bertepuk-tepuk
aku ingin dongeng pangeran dan putri sebelum terlena

aku ingin angin pagi mengajariku membawa sukur seumur hidupku

aku minta lukisan
dari galeri yang susah kumasuki
aku minta angin pagi
dari rahim bumi yang tidak kumiliki

seegois itukah diriku
memintanya berlindung di balik jubah sutra
padahal adalah tugasnya memanggil hari bernyanyi-nyanyi
menyisir daun kering melintas di boulevard
serakus itukah jiwaku
memintanya menjagaku
melebihi bocah-bocah yang bergayut dalam pelukannya
bocah-bocah pembawa pagi dan nyala api
aku tak ingin sinar ilahi yang dimilikinya
kumonopoli lantas kunikmati sendiri

ah, angin pagi

kututup jendela ini
kucukupkan tentang angin pagi

...

angin pagi
sekre bem, 2:11 03/06/2002

aku minta legenda

tatkala waktu terbentuk
dari sentuhan ujung jari manis dan hinggapan kupu-kupu
ku memadu rinduku di ujung sembahan fajar
memangku matahari yang berlinang-linang cahaya
aku mendengar waktu mengadu
tentang sorga yang senantiasa merindu
tentang bungkusan bimasakti yang teriris
di balik rautmu yang putih kuning

aku minta legenda
didongengkan di rongga telinga sampai berkarib hati
minta paparan tanah air orang-orang pecinta
aku mohon palung ini diisi bara dan emas
minta boulevardku tidak hanya guguran daun
sajian pilar-pilar Ionic dan Gothic di kanan kiri
merenda keindahan gazebo
aku mau taman bunga

tatkala waktu bermanja
dibawah telangkup lenganmu
aku menyusu bagai anak kecil
minta selimut dan jauhkan malam
aku mau terlelap dengan mimpi peri-peri
...

[aku minta legenda]
16:07 30/11/02 - sekre bem

Arjuna - Srikandhi

dalam balairung adikarya
aku melihat kupu-kupu hinggap di rikmanya
bersemu hijau gelap pupus rina
langsung ku tenggelam
oh...dewa batara
biarkan kugenggam bahunya
yang lebih suci dari kata-kata Bisma
lebih santun lekuknya bagai pekerti Khrisna
aku mau menyelam di soca itu
lembut luknya sari nan berlembah
biarkan dunia bidadari lumer
di balik pasuryan baginda dewi

oh...kakang Yudhistira putra kebajikan
apa yang lebih lembut
dari cinta yang mengalir melalui sungai-sungai hangatnya
melintasi relung hati Janaka yang lunglai tak berdaya

katakan padaku Bima...
manakah kekuatan dan kegagahan
yang sanggup menggerakkan insan menggoncangkan kahyangan
yang lebih selaras
dari asmara mahadewi

hamba luluh lantak bagai lilin dicumbu nyalanya

pun bila kurusetra tak terbendung
izinkanku lingkupimu yayi dewi
kita bentang busur bersama dari kereta kudaku berderap
biarkan helai-helai halus rikmamu menyapu raut ksatria ini
biar jadi punggawaku menerjang sura
kakang kan melindungimu dengan tameng para batara
diselilingmu kan berpendar panji-panji Pandhawa
hingga kabut debu dan belukar darah jadi saksi
kita menerjang bersama kebenaran

yayi...
dua dunia kukuasai
satu lagi beri aku tahta
di hatimu sesejuk pandangan Gangga

...
[Arjuna - Srikandhi]
16:35 30/11/02 - sekre bem